Bebas dari Penjara Bawah Tanah Panama Setelah Terima Yesus
Diringkas Oleh: Novita Yuniarti
Gun Gun Supardi dilahirkan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 23 November 1953. Sebagaimana lazimnya orang Sasak, sejak lahir ia sudah dididik menurut agama orang tua yang non-Kristen. Ia mengenal Kristus ketika berusia 25 tahun di penjara bawah tanah Panama. Sejak kecil, ia senang mendengar cerita-cerita tentang luar negeri. Apa lagi setelah gurunya menjelaskan bahwa bumi itu bulat, maka hasrat untuk keliling dunia semakin kuat.
Waktu itu, ia baru duduk di bangku kelas dua SMP, karena kenaikan kelas tertunda sehubungan terjadinya pemberontakan G30S/PKI, ia memutuskan untuk berhenti sekolah. Keputusannya untuk berhenti sekolah erat kaitannya dengan cita-citanya -- keliling dunia. Itulah sebabnya, pada tahun 1967, ia pergi ke Surabaya dan bergabung dengan kapal barang KM "Bonto Manae" yang dipimpin oleh Kapten M. Siregar.
Di KM "Bonto Manae", statusnya hanya sebagai sukarelawan, lantaran ia masih anak-anak. Kapten M. Siregar menganggap Gun seperti anak sendiri. Ketika ia melihat Gun memiliki potensi yang bisa dikembangkan, ia menyekolahkan Gun dengan biaya perusahaan selama setahun. Setamat sekolah, Gun kembali berlayar di kapal yang sama dan menjabat sebagai Mualim II selama setahun. Setelah berhenti dari KM "Bonto Manae", Gun mendapat pekerjaan baru di KM "Mesina" milik Perusahaan Khi Hock, Singapura. Di kapal yang dipimpin Kapten Mintadoa ini, Gun diberi kepercayaan sebagai Mualim IV. Pelayaran perdana kapal ini dari Kucing menuju Singapura dibatalkan. Hal ini membuat Gun kecewa. Oleh sebab itu, ketika ada lowongan pekerjaan di kapal yang hendak berlayar ke Taiwan, Singapura, Thailand, Gun langsung mendaftar dan diterima.
Setelah Taiwan, Singapura, dan Thailand terjelajahi, Gun mendaftar ke KM "Ning Pho Rose" dan diterima sebagai Mualim II. Karena kapal ini berada di Italia, maka Gun langsung menuju ke sana. Tiba di Italia, bersama KM "Ning Pho Rose", Gun berlayar ke Libya, Mesir, Libanon, Suriah, dan kembali lagi ke Italia. Gun bekerja di kapal ini selama 3 bulan, kemudian ia meninggalkan Roma menuju Yunani. Selang beberapa waktu, Gun kembali bekerja di KM "Margaretha II" selama 9 bulan sebagai Mualim II. Dari Yunani, kapal berlayar ke Rusia, Afrika, dan balik ke lagi ke Yunani. Setelah meninggalkan Yunani, Gun pergi ke Jerman dan bekerja di KM "Mimy" yang hendak berlayar ke Amerika.
Dengan KM "Mimy", Gun kemudian berlayar ke Norwegia, Kanada, Philadelphia, Texas, dan Miami. Dari Miami, mereka hendak meneruskan pelayaran ke Venezuela. Namun, ketika mereka sedang mengikat kargo, tiba-tiba kawat pengikat kargo yang dilemparkan Chief Engineer Bernd Hesse melukai mata Gun. Akibat peristiwa ini, kapal terpaksa ditunda keberangkatannya dan Gun dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, penglihatan Gun agak sedikit terganggu dan ia memutuskan untuk tidak berlayar dan kembali ke Jerman. Namun, dokter mengatakan bahwa kondisi Gun tidak apa-apa dan ia memberikan surat izin istirahat selama 10 hari.
Empat Perwira Jerman Dihabisi di Bermuda
KM "Mimy" akhirnya berlayar. Namun, pada tanggal 11 Oktober 1975, di tengah perjalanan, tepatnya di Segitiga Bermuda, terjadi peristiwa tragis. Malam itu, Gun sedang duduk di ruang makan saat tiba-tiba Chief Engineer datang menemuinya. Gun yang masih dendam setelah peristiwa itu langsung menghantam Chief Engineer. Chief Engineer berlari dan melapor ke nahkoda. Namun, Gun malah membunuh Chief Engineer dan sang nakhoda. Belum puas dengan tindakan tersebut, Gun juga membunuh Chief Officer dan kapten Lothar Echart yang hendak mengirim pesan SOS. Setelah melakukan pembunuhan, Gun begitu panik. Sementara itu, SOS yang dikirim Echart tertangkap stasiun radio pantai, Jackson Field, Amerika. Gun tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia lalu memerintahkan Paulus Heideman, seorang juru mudi asal Manado untuk mengendalikan kapal. Namun karena ketakutan, Paulus tidak mampu mengendalikan kapal dengan baik sehingga membuat hidrolik dan kemudi jadi macet. Karena tidak ada pilihan lain, Gun memutuskan untuk menenggelamkan kapal saat itu juga. Para awak diperintahkan untuk menyelamatkan diri dengan sekoci penolong. Kini, tinggal Gun seorang diri di atas kapal dan ia memutuskan untuk bunuh diri. Tapi sebelum keputusan itu ia lakukan, Gun mendengar suara yang mengatakan, "Jangan bunuh dirimu, jangan celakakan dirimu!" Gun lalu mengambil sekoci dan menyusul keempat awak lainnya.
Keesokan harinya, keberadaan mereka diketahui oleh pihak berwajib. Mereka ditangkap dan disekap di sebuah gudang. Kepada teman-teman, Gun mengatakan bahwa jika diinterogasi mereka harus mengatakan bahwa kapal tenggelam. Namun, tiba-tiba Gun mendengar ada suara yang mengatakan agar ia mengakui semua perbuatannya. Gun merespons suara itu. Setalah tiba di pelabuhan Wijspalmbeach, Amerika, mereka langsung diborgol dan dimasukkan ke penjara Marcell. Di tempat ini, Gun merasa takut -- bagaimana nanti kalau ia mati dan masuk neraka. Ketika sedang merenung, Gun melihat sesosok bayangan putih seperti manusia dengan sinar yang lebih terang dari matahari dan mengatakan, "Akulah Juru Selamat." Gun tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh bayangan itu, sebab ia memang belum mengenal kekristenan.
Gun dipindahkan ke penjara Broad Country 6 bulan kemudian. Keesokan harinya, Gun dikunjungi oleh seorang laki-laki. Orang tersebut bertanya, "Apakah ia mau masuk surga?" Tanpa pikir panjang, Gun menjawab, "Yes, Mr!" Mendengar jawaban Gun, ia kembali mengajukan permohonan, "Bolehkah saya berdoa untuk Anda?" "Ya, silakan," kata Gun. Karena tidak terlalu fasih berbahasa inggris, Gun tidak mengerti apa yang dikatakan orang itu. Namun, ketika orang itu mengakhiri doanya dengan kalimat, "In the name of Jesus Christ, Amen!", Gun langsung terperanjat dan jantungnya berdegup kencang. Di sinilah hati Gun terbuka, dan kepada orang itu, Gun meminta sebuah Alkitab. Seminggu kemudian, orang tersebut datang dengan membawa Alkitab yang telah dijanjikannya. Sampai hari ini Gun tidak tahu siapa dan di mana alamat orang yang telah membawakan Alkitab Gideon untuknya. Gun membaca Alkitab itu dari Kejadian sampai Wahyu, namun ia tidak paham, sebab kemampuan bahasa Inggrisnya minim dan bahasa Inggris yang dipakai di Alkitab sulit dimengerti.
Desember 1975, sidang internasional atas kasus Gun digelar. Ada empat negara yang menuntut Gun dihukum mati, yakni Jerman (karena membunuh empat orang warga mereka), Amerika (karena Gun melakukan pelanggaran di wilayah perairan negara Paman Sam), Panama (karena kapal yang ditenggelamkan berbendera Panama), dan Indonesia (karena Gun warga negara Indonesia). Akhirnya pengadilan memutuskan Gun diekstradisi di Panama. Januari 1976, Gun tiba di Panama dan langsung dimasukkan di penjara bawah tanah Carsel Modelo. Tiga tahun pertama di penjara, Gun sama sekali tidak diizinkan berkomunikasi dengan orang luar. Temannya hanya satu, seorang bekas tentara Amerika di Vietnam yang gila dan pengonsumsi narkotik. Di penjara, Gun tetap membaca Alkitab, namun ia tetap tidak mengerti maksudnya. Gun mulai putus asa dan berniat bunuh diri.
Bermula dari Perayaan Paskah
Sesudah lewat 3 tahun, di penjara diadakan perayaan Paskah. Semua tahanan boleh keluar kecuali tahanan bawah tanah. Namun, terjadi mukjizat di mana Tuhan menggerakkan hati kepala penjara sehingga ia mengizinkan Gun merayakan Paskah sekalipun dalam pengawalan ketat. Ketika khotbah, Gun sama sakali tidak mengerti apa maksudnya. Namun di akhir khotbah, tiba-tiba Gun mengerti isi khotbah yang disampaikan, "Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan orang berdosa." Ketika Gun merespons untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi, seketika itu juga Gun yang tadinya merasa cemas, takut, dan terganggu keseimbangan jiwanya, berubah total. Gun kini menjadi manusia baru yang penuh damai sejahtera, suka cita, dan pengharapan. Setelah peristiwa ini, Gun tidak lagi memedulikan apakah ia akan dipenjara seterusnya atau dibebaskan. Hatinya tenang dan damai, dan tidak ada ketakutan lagi, bahkan sekalipun ia harus menjalani hukuman seumur hidup.
Pada tanggal 1 Oktober 1979, Presiden Panama, Aristides Royo, mengeluarkan dekrit yang isinya: "Semua tahanan asing di Panama yang sudah diadili akan dibebaskan, dan untuk kepulangannya mereka harus membayar sendiri." Gun adalah satu-satunya tahanan asing yang belum diadili, namun karena namanya tercantum dalam daftar pembebasan, ia pun ikut bebas. Gun dipulangkan ke Indonesia dengan menggunakan KM "Jati Luhur", dengan biaya sepenuhnya ditanggung pemerintah Indonesia.
Tuhan sungguh baik. Anugerah-Nya terus tercurah tiada henti. Setiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, 25 Mei 1980, keesokan harinya Gun di baptis. Tahun 1981, Gun masuk sekolah Alkitab program 1 tahun dan selesai 1982. Usai menjalani praktik selama setahun, tepatnya tahun 1983, Gun ke Jakarta membantu pelayanan di salah satu gereja yang ada di Tanjung Priok. Tahun 1985, Gun diangkat menjadi pendeta muda dan 2 tahun kemudian menikah dan dikarunia tiga orang anak. Tahun 1989, Gun mulai membuka gereja di desa Ciater, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang. Di gereja inilah Gun melayani sebagai gembala sidang hingga sekarang ini. Terpujilah nama Tuhan.
Diringkas dari:
Judul buku | : | 10 Mukjizat yang Terjadi pada Orang Biasa |
Penulis | : | Gun Gun Supardi |
Penerbit | : | CBN Indonesia, Jakarta 2001 |
Halaman | : | 27 -- 37 |