Dalam Nama Tuhan Yesus Ada Kesembuhan
Saya menghubungi Ibu Ira Koeswandi, tetapi nadanya sibuk terus. Jadi, saya putuskan untuk mengirimkan lembaran pengisian naskah buku ini kepadanya. Sore harinya, saya mendapat sms bahwa Ibu Ira dengan senang hati akan ikut ambil bagian dalam menuliskan kesaksian hidupnya.
Kejadian ini terjadi pada Februari 2004. Pada waktu itu, kami sekeluarga baru pulang berlibur dari Jakarta. Sesampainya di rumah, Edo muntah-muntah dan diare terus-menerus. Kami sangat kaget karena saat di Jakarta, ia tidak sakit apa pun. Kami segera memberinya obat diare dengan harapan diare akan berhenti, dan keesokan harinya baru akan kami bawa ke dokter. Namun, jauh dari harapan kami, malam itu diare Edo tidak berhenti. Padahal, dokter keluarga kami sudah tutup. Mama saya datang ke rumah kami malam itu, dan setelah berunding bersama, kami sepakat untuk membawa Edo ke rumah sakit.
Di rumah sakit, kami meminta agar Edo segera diinfus. Apa yang terjadi? Bukannya segera menangani anak kami, mereka justru mengurusi masalah administrasi. Kami melihat Edo semakin lemas. Kami sempat bersitegang. Lebih parahnya lagi, tidak ada dokter yang dapat menangani Edo! Hanya perawat yang sedang jaga malam saja yang dapat merawat Edo. Infus yang berusaha dipasang pun tidak dapat berjalan dengan lurus. Beberapa kali jarum disuntikkan, tetapi tidak berhasil sehingga venanya pecah. Saya sangat tidak tega melihat Edo ditusuk berulang-ulang. Papanyalah yang akhirnya menunggui Edo.
Tidak lama berada di luar, perawat memanggil saya untuk masuk ke ruangan tempat Edo berada, agar dapat menenangkan Edo. Saya melihat papanya terduduk lemas, menangis di bawah tempat tidur. Saya mulai menyadari bahwa saya harus lebih kuat! Saya segera berdoa dengan tiada henti di telinga Edo. Kemudian, kami bertiga, saya, papanya, dan mama saya, berdoa dengan suara keras "Dalam Nama Tuhan Yesus infusnya masuk. Dalam Nama Tuhan Yesus, Edo pulih, Edo sembuh." Kami mengucapkan doa ini berulang-ulang, dan tiba-tiba perawat berkata, "Tenang Bu, Tenang Bu, infusnya sudah berhasil masuk." Kami langsung berteriak "PUJI TUHAN!"
Perawat mengatakan bahwa suntikkan ke tujuh di kakilah yang berhasil diinfus. Akhirnya, Edo bisa tertidur, meskipun kami tetap terjaga dan tidak tidur untuk mengawasinya. Doa-doa terus saja kami panjatkan. Setelah dirawat selama tiga hari di rumah sakit, akhirnya Edo kami bawa pulang dan menjalani perawatan pemulihan di rumah. Tidak memakan waktu yang lama, Edo telah pulih sepenuhnya.
Dari peristiwa ini, kami menjadi sangat diyakinkan bahwa di tengah-tengah ketidakberdayaan kita, di saat kita tidak bisa bergantung pada orang lain (dalam kasus ini, bahwa tidak ada dokter yang 'capable'), kuasa Tuhan dinyatakan. Pertolongan Tuhan Yesus yang ajaib tidak pernah terlambat sedikit pun asalkan kita berdoa dan berharap sepenuhnya hanya kepada-Nya.
Semoga kesaksian keluarga kami ini juga menguatkan iman saudara-saudara seiman sekalian.
Diambil dan disunting dari:
Judul buku | : | Apakah Tuhan Masih Bekerja Saat Ini? |
Penulis | : | Bapak dan Ibu Koeswandi |
Penerbit | : | GUPDI Jemaat Pasar Legi, Solo |
Halaman | : | 21 -- 22 |
"Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh."
(Matius 15:28)