Dipulihkan dari Kehancuran
Aku ibu rumah tangga yang memiliki tiga anak, aku bekerja di sebuah perusahaan garmen selama sepuluh tahun. Aku teringat peristiwa 6 tahun yang lalu, yang membuat kecut hatiku.
Saat itu usia rumah tanggaku memasuki tahun yang ke-15, karena perubahan emosi menyebabkan aku dan suami sering bertengkar sehingga keadaan keluarga menjadi kacau balau. Karena keadaan seperti neraka di dunia, akhirnya kami memutuskan untuk hidup berpisah. Aku bertugas menjaga anak-anak dan suami berkewajiban memberikan kebutuhan keluarga tiap bulan.
Setelah hidup berpisah, aku diperkenalkan oleh teman untuk bekerja di perusahaan garmen tempat aku bekerja sekarang ini. Aku selalu menyembunyikan bahwa sebenarnya aku wanita yang hidup terpisah dengan suami. Hal itu aku lakukan untuk menghindari pertanyaan dari rekan-rekan kerja.
Meskipun aku sendirian menjaga anak-anak, aku merasa senang karena terhindar dari kekesalan hati yang selalu timbul akibat ulah suami. Apalagi sekarang aku sudah memiliki pendapatan tetap, selain aku juga memperoleh bantuan dari suami. Suatu ketika suamiku sudah tidak mau memenuhi kewajibannya tiap bulan, yang menimbulkan pertengkaran terjadi kembali. Kembali hatiku risau dan cepat marah, apalagi aku takut bila terjadi perampokan dan sebagainya sehingga aku sering tidak bisa tidur malam.
Majikanku Ibu Tan, selalu mengabarkan Injil kepadaku dan di perusahaan diputar kaset-kaset penginjilan. Persekutuan sesudah dilakukan makan siang, tetapi aku selalu menolak untuk ikut. Melihat sikapku yang keras, ibu Tan tidak pernah memaksa tetapi ia meminta dengan hormat agar aku memperbolehkan anak-anakku mengikuti kebaktian sekolah minggu.
Setelah beberapa lama, aku sangat heran melihat perubahan yang terjadi pada anak-anakku. Mereka menjadi anak yang penurut dan baik. Perhatianku atas perubahan yang terjadi pada anak-anakku menyebabkan aku memiliki perhatian terhadap kekristenan, namun kekerasan hatiku tetap kuat untuk tidak mengikuti kebaktian mereka.
Majikanku tidak kekurangan akal, ia merubah persekutuan siang menjadi persekutuan dengan bahasa Inggris. Karena aku sangat ingin belajar bahasa, maka aku mulai mengikuti persekutuan itu. Persekutuan itu diselingi puji-pujian, doa dan menghafalkan ayat-ayat Alkitab. Bagi yang bisa menghafal dengan baik dalam bahasa inggris akan diberi hadiah, karena aku ingin mendapat hadiah itu untuk anak-anakku maka aku mulai menghafal ayat-ayat Alkitab.
Tanpa aku sadari, dengan membaca Alkitab itu firman Tuhan telah berada dalam hatiku. Maka melalui kebaktian kebangunan rohani yang aku ikuti, aku mengambil keputusan menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat pribadiku. Setelah lima tahun aku mengenal Injil, aku mengikuti kursus pemuridan dan memperoleh lebih banyak tentang Injil Tuhan. Dengan pengenalan yang lebih dalam, aku merasa menjadi umat Kristen yang tidak memiliki kesaksian, karena aku wanita yang berpisah dengan suami. Hal yang membuat aku sangat sedih dan menaruhnya di dalam doa.
Puji Tuhan, yang telah mendenar doa-doaku. Rencana Tuhan sungguh ajaib, secara kebetulan aku bertemu dengan suamiku. Melihat perubahan sikap dan perhatianku, suamiku mulai berusaha mendekati dan memulihkan hubungan perkawinan kami yang sudah hancur. Akhirnya hidup perpisahan yang sudah enam tahun berjalan, dapat pulih kembali sesuai rencanca Tuhan yang sangat Agung.
Kata Bijak:
"Aku percaya rencana-Mu sangat indah dalam hidupku Tuhan, walaupun hidupku jauh dalam kegelapan. Rencana-Mu sangat indah dan sempurna bagi hidupku, terima kasih Tuhan."
Diambil dan disunting dari: | ||
Judul buku | : | Jalan Tuhan Terindah |
Penulis | : | Pdt. Paulus Daun, M.Div, Th. M |
Penerbit | : | Yayasan Daun Family, Manado |
Halaman | : | 101 -- 103 |