Doa Dan Gereja Teraniaya

Oleh: Johan Companjen

Doa dan Gereja Teraniaya -- keduanya berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

Beberapa tahun yang lalu, Pendeta Ha bercerita kepadaku di Vietnam, beberapa saat sebelum dia ditangkap dan dipenjara selama lebih dari enam tahun: "Banyaknya permasalahan telah mengajar kami untuk berdoa. Kami memiliki solusi sederhana saat menghadapi banyak masalah; berdoa lebih banyak lagi!"

Setiap kali saya bertemu dengan jemaat Gereja Teraniaya, mereka mendorong saya untuk berterima kasih kepada siapa saja yang telah mendoakan mereka. Ketika ditanya apakah ada yang dapat kami lakukan untuk mereka, hampir semua jawaban pertama mereka adalah: "Tolong doakan kami." Namun hal yang sangat mereka butuhkan itu -- doa -- sangatlah sulit dilakukan di dunia kita yang sarat dengan kesibukan.

Salah satu dari tiga tujuan utama dalam "Open Doors Mission Statement" adalah untuk menyebarkan informasi mengenai Gereja Teraniaya -- sehingga kita dapat berdoa untuk saudara-saudara kita yang menghadapi tekanan dan penganiayaan. Saya merasa terdorong untuk menantang Anda -- dan juga diri saya sendiri -- berkenaan dengan masalah ini, mendoakan dengan tulus setiap mereka yang tercantum dalam buletin Open Doors. Saya jamin, hal ini pasti bermanfaat.

Untuk bisa hadir di tempat-tempat yang sangat membutuhkan dukungan besar adalah suatu prioritas bagi kami yang melayani di "Open Doors". Kami "pergi ke sana" dengan cara mengirimkan Alkitab dan bahan-bahan pelatihan yang tidak tersedia di tempat-tempat tersebut. Kehadiran kita secara fisik akan membuat saudara-saudara seiman kita yang teraniaya tahu bahwa mereka tidak dilupakan.

Sedangkan di lain pihak, saya telah sering mengalami bahwa Anda tidak perlu naik pesawat untuk dapat berada di suatu tempat. Seorang narapidana yang kita doakan tidak selalu dilepaskan. Namun, sangatlah mungkin untuk mengunjungi seseorang di dalam penjara melalui doa-doa kita. Hal ini merupakan dimensi yang sangat ajaib dari doa-doa kita. Dengan berdoa, kita dapat melewati batas-batas negara. Dengan berdoa, kita dapat mengunjungi mereka yang dipenjara. Roh Kudus tidak dapat dipaksa untuk meninggalkan suatu negara. Dia dapat masuk ke pintu-pintu yang tertutup dan mengunjungi mereka yang membutuhkan.

Baru-baru ini, saya mendapat kesempatan istimewa untuk berkhotbah di sebuah ibadah gereja di Maputo, Mozambique. Setelah saya selesai, pendetanya mengambil alih. Dia sendiri telah dipenjara selama tiga tahun selama rezim komunis sebelumnya. Pendeta itu meminta seluruh jemaat untuk berdiri, saling bergandengan tangan -- hal ini berlawanan dengan kebiasaan mereka -- dan berdoa secara simultan dalam doa-doa syafaat bagi saudara-saudara seiman yang menderita di berbagai negara.

Air mata berlinang di mata saya ketika saya turut ambil bagian dalam doa syafaat tersebut. Itulah tubuh Kristus. Orang-orang miskin di Mozambique ini kemungkinan tidak akan memiliki kesempatan untuk pergi mengunjungi saudara kita di China, Timur Tengah, atau Amerika Latin. Namun, mereka dapat meringankan penderitaan saudara-saudara seiman yang teraniaya melalui doa-doa mereka. Jika seorang anggota menderita, semua anggota akan merasakan penderitaannya juga.

Doa yang tulus dari orang yang benar akan sangat besar kuasanya. Apakah kita percaya itu? Jika ya, para petobat dari latar belakang non Kristen akan dapat bertahan di tengah tekanan yang sangat besar. Saudara-saudara kita di Sudan akan dapat mengalahkan rasa takut dan berani terus bersaksi di lingkungan yang tidak ramah. Maka Sudan bisa menjadi pangkalan utama di Afrika untuk memberitakan Injil Yesus Kristus di negara-negara Muslim.

Bersama dengan Anda, saya memandang kepada Tuhan dan percaya kepada- Nya bahwa Dia juga menjawab doa-doa kita tahun ini untuk gereja- gereja teraniaya di berbagai negara.

Bahan diterjemahkan dari sumber:
Judul Artikel: Prayer and the Suffering Church
Penulis : Johan Companjen

e-JEMMi 45/2004

Dipublikasikan di: http://misi.sabda.org/doa_dan_gereja_teraniaya

Kategori: 

Tinggalkan Komentar