Dua Mazmur: Dua Motor Dua Keunikan
Dikirim oleh: Yvonne Sumilat (sumilatxxx@xxx)
Jangan lihat motornya. Jangan pula lihat keunikannya. Tetapi lihatlah bahwa "pertolongan kita ialah dari TUHAN yang menjadikan langit dan bumi" (Mazmur 121:2).
Pada umur 17 tahun saya mendapat hadiah motor dari orang tua saya. Nama motor itu Honda Astrea Star. Orang yang mengerti motor tentu tahu kira-kira tahun berapa motor itu.
Motor itu dibeli dengan sistem kredit. Uang mukanya satu juta setengah. Dan sisanya dicicil selama 18 kali dalam tempo 18 bulan. Satu bulannya sekitar 73 ribu rupiah.
Uniknya...ayo tebak apa uniknya?! Sebanyak 18 kali selama 18 bulan oleh 18 orang yang berbeda selalu ada extra income untuk kepentingan cicilan motor itu. Dan tidak pernah lewat dari tanggal 10 setiap bulannya. Jadi setiap bulan selalu ada berkat ekstra dari sana dan dari sini untuk membayar cicilan motor itu. Tuhan mengetuk hati 18 orang (tentu mereka tidak tahu menahu soal cicilan motor itu) untuk merogoh kantongnya. Bukankah itu bukti bahwa Tuhan serius akan apa-apa yang menjadi kepentingan kita?
40 tahun yang silam di rumah kami terpajang poster. Masih melekat dalam ingatan saya soal poster itu, gambar tentang burung gagak yang sedang mengirim daging untuk Nabi Elia di tepi Sungai Kerit. Tetapi sesungguhnya bukan hanya daging yang dikirimkan burung gagak tetapi juga roti. Dan betapa menakjubkan bahwa burung gagak saja mengerti apa yang diperintahkan Tuhan. Setiap pagi dan petang burung gagak menjumpai Nabi Elia.
Karena keberanian saya tidak memadai untuk naik motor itu maka motor tersebut dipakai adik-adik saya. Motor itu kami pakai selama 13 tahun sampai adik bungsu saya selesai kuliah dan dijual menjelang dia wisuda.
Itulah kisah motor pertama selanjutnya motor kedua.
Kamis sore, 2 Maret 2006.
Kring...kring..... Terdengarlah telepon berdering di sore itu. Dari dapur saya tergesa-gesa menyambut deringan telepon itu lalu mengangkatnya.
"Halo, selamat sore."
"Bu, teman saya baru SMS. Dia mau memberi motor buat Ibu."
"Terima kasih Pak."
"Bukan saya, Bu. Itu teman saya, seorang Katolik dari Surabaya. Dia tidak mau disebutkan namanya. Dia sungguh-sungguh digerakkan Tuhan."
"Terima kasih Pak."
Pembicaraan di telpon itu sangat singkat. Berita gembira ini langsung sampai di telinga suami dan mertua saya. Ketika itu saya sebagai ibu rumah tangga dengan 3 orang anak.
Jumat, 3 Maret 2006.
Keesokan harinya kami memperingati hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.
Sabtu siang, 4 Maret 2006.
Telpon berdering lagi dan saya mendapat kabar bahwa motor itu sudah tiba di depan gang kampung saya. Saya bergegas berjalan ke depan gang itu. Motor masih ada di atas mobil open cup dengan tali di kiri kanan motor. Segera tali itu dilepas dan motor diturunkan dari mobil itu. Plat nomor masil L. Itu kode Kota Surabaya. Bensin dalam keadaan kosong. Dalam hati saya berpikir, "Wah,.... cerdik juga. Motor dikirim dalam keadaan bensin kosong. Setidaknya itu mengurangi resiko supaya motor itu tidak dibawa kabur."
Siang itu motor Honda Legenda 2 sudah parkir di rumah saya.
Minggu, 5 Maret 2006.
Minggu pagi seperti minggu-minggu yang biasanya, kami ke gereja.
Minggu sore suami saya mengajak saya untuk belajar naik motor. Saya harus membesarkan hati saya untuk bisa naik motor itu. Dan syukurlah motor itu tidak tinggi sesuai dengan ukuran panjang kaki saya.
Senin pagi, 6 Maret 2006.
Hari itu adalah hari pertama saya masuk kerja. Kata orang, kita ini orang Kristen adalah orang yang pas-pasan...... Ha...ha.... Pas ulang tahun pernikahan pas dapat motor. Pas dapat kerja pas dapat motor. Haleluya ! Puji Tuhan !
Jangan bertanya siapa nama orangnya. Jangan pula bertanya bagaimana orangnya. Sampai hari ini saya tidak tahu siapa yang memberi motor itu. Tetapi saya tahu bahwa Tuhan bisa memakai orang dari luar kota bahkan luar benua untuk menjadi perpanjangan tangan kebaikan Tuhan. Kenal atau tidak kenal orang itu bukan masalah. Banyak berita miris tentang kejahatan manusia yang berpikiran sempit bahwa harta adalah segala kebahagiaannya. Di tengah pengapnya egosentris manusia, masih ada "orang Samaria yang baik hati" yang tidak perlu diketahui namanya.
Kisah ini ternyata belum berakhir .....
Di tempat kerja saya, saya di datangi seorang bapak yang mengurus dokumen motor itu. Beberapa hari kemudian dokumen itu selesai. Plat nomor L sudah berganti menjadi plat nomor N. Dari kode Kota Surabaya sudah berganti menjadi kode Kota Malang. Dokumen BPKB juga sudah tuntas diurus yang mana nama saya tertera di dalamnya. Lalu saya menanyakan berapa ongkos jasa pengurusan itu. Kau tahu apa jawab bapak itu? "O...sudah.... semua sudah dibayar." Lalu sambungnya, "Saya memang biasa mengurus surat-surat seperti ini. Jika ada Romo yang mutasi ke sini, surat motor atau vespanya, saya yang mengurus."
Betapa syukur saya berkali lipat karena bukan hanya mendapatkan motor saja, saya juga sangat bersyukur karena dokumen dan plat nomor motor itu sudah ada orang yang mengurusnya dan juga sudah dibayarkan semuanya. Haleluya ! Puji Tuhan ! Bukankah itu bukti bahwa Tuhan serius akan apa-apa yang menjadi kepentingan kita?
Jangan lihat motornya. Jangan pula lihat keunikannya. Tetapi pahamilah bahwa, "Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah sebab Ia memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur." (catatan Salomo, Mazmur 127:2)
Yvonne Sumilat, 6 Maret 2015, pada 9 tahun yang lampau hari pertama masuk kerja. Sembari berdoa untuk orang-orang yang menjadi perpanjangan tangan kebaikan Tuhan.