Jeritan kepada Yesus
Jumat pagi, 13 April 2007, seorang ibu sedang berdiri di depan rumahnya ketika terdengar suara ledakan seperti bunyi petasan. Ia menyangka bahwa itu adalah tanda akan ada hajatan di sekitar tempat tinggalnya. Tetapi, betapa terkejutnya ia ketika beberapa saat kemudian terdengar kegaduhan dan teriakan orang banyak, "Kebakaran ... kebakaran ...!" Karena penasaran, ibu ini beranjak dari depan rumahnya untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. Betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan asap tebal sedang menyebar dan api besar menyambar-nyambar karena deretan kontrakan di sebelah rumahnya sedang terbakar.
Dalam situasi seperti itu, dan menyadari bahwa kebakaran terjadi di balik tembok rumahnya, ia segera masuk ke rumah dan menyuruh anak bungsunya memantau keadaan, dengan naik ke atas rumahnya melalui tangga pada tangki air. Namun, tangga tersebut sudah tidak bisa dinaiki karena panas, dan tangki air pun sudah meleleh.
Ibu ini masuk ke kamar yang temboknya berbatasan langsung dengan pusat kebakaran. Ia sangat panik menyaksikan asap dan api yang masuk melalui lubang angin ke kamar itu. Ia berpikir, "Rumahku akan habis." Dengan sekuat tenaga, ia menyirami akrilik penutup lubang angin dan plafon rumahnya sambil berteriak-teriak, "Tuhan Yesus tolong! Tuhan Yesus tolong!" Orang-orang yang menyaksikan asap tebal memenuhi rumah si ibu dan mendengar jeritannya, masuk 'merangsek' untuk menyelamatkannya (mereka juga beranggapan, bahwa rumah si ibu ini tidak akan lolos dari api itu) dengan menarik si ibu ke luar rumah.
Di luar rumah, si ibu menyaksikan dengan jelas kobaran api yang melampaui tinggi rumahnya, bahkan menyambar daun pohon di seberang jalan depan rumahnya. Dalam suasana mencekam demikian, ia menghimpun kekuatan dan berseru dengan sekuat tenaga, "Tuhan Yesus tolong ... Tuhan Yesus tolong ...." Kemudian, ia jatuh tidak sadarkan diri.
Akhirnya, pertolongan datang. Pemadam kebakaran datang dan api pun padam. Setelah api padam, orang banyak membangunkan ibu ini dengan berkata, "Bangun Bu, api sudah padam, rumah Ibu selamat dari kebakaran." Ia pun bangun dan bersyukur menyaksikan rumahnya selamat.
Orang-orang yang menyaksikan semua yang terjadi merasa penasaran dan berkata, "Wah, ibu ini pasti ilmunya hebat. Secara logika, rumahnya pasti sudah habis terbakar. Api yang tadinya menyambar-nyambar tiba-tiba menjadi berdiri tegak seperti tiang dan kemudian padam. "Siapa dukunnya dan di mana tempatnya?" Ibu ini menjawab, "Dukun saya memang hebat. Mau kenal Orangnya?"
Bahkan, rasa penasaran mereka masih berlanjut hingga hari Minggu pagi, ketika Ibu Simbolon dan keluarganya hendak berangkat ke gereja untuk beribadah. "Di mana tempatnya Bu?" tanya mereka.
"Mau kenal? Mari ikut saya," demikian jawab Ibu Simbolon. "Iya, tapi Ibu sedang bawa Kitab Suci, berarti mau ke gereja 'kan?" tanya mereka. Ibu Simbolon menjawab, "Semua kekuatan yang ada di dalam diri saya bersumber dari Kitab ini, dan tempat kalian tanyakan itu adalah gereja."
Diambil dan disunting dari:
Judul buku | : | TABUR |
Penulis | : | Esman Naipospos |
Penerbit | : | Tidak dicantumkan |
Halaman | : | 37 -- 38 |