Kasih Tuhan Tiada Taranya
p style="margin-bottom:1em;">Oleh: Romauli br Marpaung
Shalom,
Nama saya Romauli br Marpaung. Saat ini, saya berusia 23 tahun. Saya berasal dari keluarga Kristen. Saya anak pertama dari lima bersaudara. Keluarga saya, dahulunya, bukan keluarga yang harmonis. Orang tua saya sering bertengkar. Namun, saat kelas IV SD, bapak saya bertobat sungguh-sungguh dan menyerahkan dirinya untuk diperlengkapi di Sekolah Alkitab Purbasari Pematang Siantar. Setelah selesai sekolah, beliau akhirnya diangkat menjadi seorang Pendeta, dan saya mulai pelayanan sejak kelas V SD di Gereja Kemuliaan Sion sebagai pemain musik tunggal.
Pada 2013, saat saya lulus SMA, saya berharap bisa kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Namun, saat mengikuti SBMPTN, saya gagal karena tidak lulus seleksi. Akhirnya, bapak saya mengusulkan supaya saya kuliah di Solo karena dia punya rekan pendeta yang anaknya kuliah di Solo juga. Saya mengikuti keinginan bapak saya karena beliau rindu saya bisa menjadi seorang hamba Tuhan.
Akhirnya, saya kuliah di STT Berita Hidup, Solo, dan mengikuti semua kegiatan, aturan yang ada di kampus tersebut. Saya dibaptis saat duduk di bangku SMA kelas XI. Awalnya, saya kuliah di Berita Hidup karena orang tua dan pelarian, tetapi pada akhirnya saya bertobat dan percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus saat kuliah semester 2.
Pelayanan-pelayanan yang Tuhan percayakan kepada saya itu tidak mudah. Ada banyak masalah yang saya hadapi, baik itu dari asrama, tempat pelayanan, maupun kampus. Kalau bukan karena kekuatan Tuhan, mungkin saya tidak mampu. Namun, Tuhan Yesus baik, Dia memberi pertolongan saat saya benar-benar tidak mampu menjalaninya.
Saya pelayanan di Gereja Bethel Tabernakel, Karanganyar. Saya mulai melayani di sana sejak Agustus 2014 sampai saat ini. Saya dipercaya untuk melayani di beberapa bagian, seperti melayani anak-anak sekolah minggu, pemuda/remaja, jemaat dewasa, maupun yang sudah lanjut usia. Selain itu, saya juga ambil bagian dalam musik, yaitu melatih anak-anak sekolah minggu belajar musik. Selain itu, saya juga diberi kesempatan oleh pendeta saya untuk membuka Bimbingan Belajar di Bibis Luhur Solo.
Sewaktu kuliah, saya ditempatkan praktik tahunan di Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI), Jimbaran Bali. Tantangan yang saya hadapi adalah saya melayani orang-orang Kristen yang sudah berkeluarga, tetapi belum terikat dalam pernikahan. Saya juga membantu mengajar di PAUD Shinam, Jimbaran, milik gereja tersebut. Saya bersyukur untuk semua pelayanan yang telah dipercayakan gereja kepada saya. Saya bisa menjalani semua ini dengan pertolongan Tuhan.
Yang saya rindukan dalam pelayanan adalah saya bisa memberikan yang terbaik untuk Tuhan dan gereja, menjadi berkat bagi banyak orang, dan tetap setia terhadap panggilan Tuhan. Saya juga rindu suatu saat saya bisa membuka pelayanan sendiri. Saya tahu itu tidak mudah, tetapi saya percaya kuasa pertolongan Tuhan nyata bagi saya.
Kiranya kesaksian ini bisa menjadi berkat bagi semua orang, dan saya rindu kita tetap percaya bahwa segala sesuatu yang kita lakukan untuk Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia, melainkan Dia akan memberkati kita senantiasa (Kolose 3:23). Mulailah mengatakan bahwa pelayanan itu adalah sebuah kehormatan, bukan beban.
Tuhan Yesus memberkati.
"Dan, Maria berkata, "Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan. Terjadilah padaku seperti yang engkau katakan itu." Kemudian, malaikat itu pergi meninggalkannya."(Lukas 1:38, AYT)