Kesaksian Pelayanan Penginjilan
Saya mulai dengan bagaimana Tuhan membawa saya untuk berada di dalam suatu desa. Itu terjadi kira-kira pada 1989. Tuhan taruh sesuatu ke dalam hati saya untuk mengadakan pelayanan penginjilan bagi jiwa-jiwa. Adapun bentuk pelayanan yang Tuhan taruh adalah doa syafaat, bersyafaat. Supaya pelayanan ini bisa maksimal, Tuhan membawa saya kepada pengalaman pribadi dengan Tuhan sampai saya bisa menangisi jiwa-jiwa. Ini bentuk doa yang harus dilakukan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Doa syafaat artinya kita harus mewakili manusia di hadapan Allah dan membawa manusia ke dalam tangan Tuhan.
Jadi, masalah yang mereka alami, dosa yang mereka alami, seakan-akan itu dosa-dosa saya. Saya menangisi mereka, saya mencintai mereka, saya menggerutu di hadapan Tuhan supaya Ia mengampuni saya. Saya orang berdosa. Saya ingin berhenti dari doa ini, tetapi tidak bisa. Saya terus bersyafaat bagi desa ini selama hampir dua setengah tahun, dan apa yang terjadi, hasil dari doa ini adalah kegerakan Allah terjadi luar biasa. Anak-anak muda mulai dijamah oleh Tuhan. Orangtua mereka yang tadinya tidak menyukai saya, ternyata Tuhan jamah melalui anak-anak-Nya. Akhirnya, selama dua setengah tahun, ketika saya merasa sudah waktunya saya tinggalkan daerah itu, saya melangkah keluar. Nah, sewaktu saya melangkah keluar dari desa itu, saya mendapat informasi bahwa penuaian terjadi luar biasa. Anak-anak muda diutus Tuhan untuk mengikuti sekolah-sekolah Alkitab di mana-mana.
Saya melihat melalui pengalaman ini bahwa di mana pun kita berada sebagai hamba Tuhan, untuk dapat memenangkan suatu daerah bagi Tuhan, doa syafaat sangat penting. Jadi, kita harus mewakili mereka, apa pun dosa dan kesalahan mereka, seakan-akan itu adalah dosa saya sendiri. Jadi, tangisanlah yang Tuhan taruh kepada saya, makanya Tuhan berbicara kepada saya melalui kitab Mazmur 126 bahwa orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, ia akan pulang dengan sorak sorai sambil membawa berkas-berkasnya. Selama dua setengah tahun, saya kembali. Ketika saya tidak lagi berada di situ, penuaian terjadi.
Akhirnya, apa yang terjadi? Di tempat saya menangisi mereka itulah, itu ada sebuah gereja GBI. Sebelumnya, tidak ada gereja sama sekali. Saya pikir inilah cara Tuhan supaya ada benih yang ditaburkan. Awalnya, saya tidak mau masuk ke desa tersebut karena desa ini sudah Kristen. Namun, kehidupan rohani mereka tidak bertumbuh. Wilayahnya sendiri masih berupa hutan dan terpencil, dan kami sekeluarga tinggal di tengah-tengahnya, di bawah pohon saya tinggal bersama istri dan kedua anak saya. Banyak hal yang kami alami sampai Tuhan proses saya selama tiga setengah tahun. Tuhan tidak pernah meninggalkan kami walaupun dalam masalah makanan dan minuman, kami pernah tidak punya makanan. Saya ingat pada suatu sore, di tempat yang sama, anak laki-laki saya minta makan ikan sementara kami tidak punya uang. Laut bergelora dan waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Bagaimana saya mendapatkan ikan? Akan tetapi, Tuhan membuktikan bahwa Ia sanggup memelihara. Pukul lima sore, saya dituntun oleh Roh Kudus pergi ke pantai. Sampai di pantai, apa yang terjadi, pada ombak yang terakhir Tuhan hempaskan ikan yang sangat besar.
Itu mukjizat pertama yang saya dapat dari Tuhan sebagai suatu bukti bahwa pemeliharaan Tuhan sungguh sangat sempurna. Di mana pun kita berada, Tuhan memelihara kita. Asalkan kita hadapi semua persoalan dan tantangan dalam pelayanan itu dengan iman, jangan dengan perasaan. Karena jika dengan perasaan, kita akan cenderung mengasihani diri sendiri. Akan tetapi, hadapilah segala sesuatu dengan iman. Percaya bahwa apa pun yang terjadi, semua ada dalam rencana Tuhan. Itu adalah pengalaman pertama saya dalam penginjilan, memenangkan satu desa untuk Tuhan. Sampai-sampai, aanak-anak muda di desa itu sekolah Alkitab di mana-mana. Sekarang, mereka dipakai Tuhan di mana-mana. Dulu, mereka pernah sampai adili saya hanya karena nama Yesus. Mereka mengatakan bahwa saya seorang nabi palsu. Akan tetapi, saya tetap menyadari bahwa saya ada di sini karena rencana Tuhan. Bagaimanapun, semua pemuda-pemudi bahkan semua jiwa-jiwa di sana akhirnya masuk dalam pembaruan karena mereka sudah Kristen, tetapi tidak hidup dalam pertobatan. Itulah cara Tuhan supaya pemulihan dan pembaruan terjadi dalam setiap orang percaya di situ. Jadi, bukan hanya sekadar Kristen, tetapi betul-betul mengalami perubahan hidup secara rohani. Jadi, peran doa di situ sangat penting.
"Bersukacitalah dalam pengharapan, tabahlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!"(Roma 12:12, AYT)