Mengudara Bersama Tuhan
Pilot merupakan pekerjaan dengan tingkat risiko paling tinggi. Namun, bagi Mulatua Hasiholan Limbong, itu merupakan tantangan yang menyenangkan. Dengan modal percaya kepada Tuhan dan dukungan keluarga, ia mantap berkarier sebagai pilot meski tuntutan pekerjaannya sering kali mengharuskan dia jauh dari keluarga.
Awal, demikian suami dari Liebe M. E. P. P Poli ini biasa dipanggil, memulai karier sebagai pilot di maskapai Trigana Air. Di maskapai yang beroperasi di Papua ini, ia menerbangkan pesawat Twin Otter. Jenis pesawat ini bagus untuk daerah pegunungan, bisa didaratkan di landasan pendek, termasuk landasan berumput.
"Pengalaman saya selama di Papua sangat banyak. Pernah suatu kali, saya mengangkut beras untuk masyarakat di pedalaman. Ketika tiba di tujuan, ternyata mereka sudah lama menunggu. Saking gembiranya, sampai ada yang menari dan menangis. Melalui peristiwa itu, saya belajar bahwa menjadi pilot juga merupakan pelayanan kepada sesama," tuturnya.
Selepas dari Trigana Air, Awal mencoba mencari tantangan baru dengan melamar ke beberapa maskapai. Dari semua lamaran yang dikirimkannya, ia diterima di dua maskapai asal Malaysia dan satu maskapai dari India. Setelah berdoa, ia memantapkan hati untuk memilih melanjutkan karier di India bersama JET Airways terhitung mulai 2 Juli 2010 silam. Ini adalah maskapai swasta terbesar di India yang memiliki lebih dari 100 armada, termasuk beberapa pesawat jenis 777. Di JET Airways, ia dipercaya menjadi Senior Commander yang melayani rute penerbangan domestik.
Jemaat gereja Assembly of God Kalkuta ini berkata, "Bagi saya secara pribadi, bekerja di JET Airways sangat menyenangkan. Banyak hal baru yang saya dapat dan pelajari di sini. Puji Tuhan, teman-teman sangat kooperatif. Mereka banyak menolong saya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru."
Meski disibukkan dengan pekerjaan, Awal mengaku tidak lupa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan. Ketika sedang berkumpul bersama keluarga di rumah, ia selalu menyempatkan diri untuk berdoa bersama. Usahanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mungkin terdengar sangat sederhana, tetapi Awal mengakui kalau dampaknya sangat besar. Awal yang dahulu cenderung mudah marah, sekarang menjadi jauh lebih sabar. Perubahan sikap ini akhirnya juga memengaruhi sikap orang-orang di sekitarnya.
"Sebagai orang yang bekerja di negara asing, saya harus pandai-pandai menempatkan diri, terutama masalah karakter. Dahulu, kalau co-pilot salah sedikit saja, saya pasti langsung memarahinya. Namun sekarang, saya belajar lebih sabar menghadapi dan mengajari mereka. Umumnya disana, para pilot lokal yang memiliki jabatan tinggi kurang menghargai para pilot asing. Namun, kepada saya yang notabene termasuk pilot asing, mereka menyambut dengan hangat dan tangan terbuka," ujarnya menandaskan.
Di sisi lain, mendekatkan diri kepada Tuhan juga diakuinya sangat menolong dalam melewati masa-masa sulitnya dalam bekerja. Salah satunya adalah ketika pesawat yang dipilotinya ke Kalkuta dihadang cuaca buruk yang disertai petir. Anda tentu tahu kalau petir di Kalkuta sangat ganas. Bila ada cuaca buruk disertai petir, para pilot akan langsung mengalihkan tujuan pendaratan ke bandara lain (divert) demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Suatu ketika, pesawat yang dipiloti Awal terjebak di tengah cuaca buruk dan petir. "Orang-orang sudah pasrah akan kemungkinan terburuk, tetapi saya katakan dengan tegas bahwa pesawat akan tetap mendarat di Kalkuta dengan selamat. Saya berdoa memohon pertolongan Tuhan, dan mukjizat terjadi. Awan hitam tersibak, seperti memberi jalan bagi pesawat kami sehingga pesawat bisa mendarat dengan selamat," kenangnya.
Pengalaman tersebut semakin memantapkan keyakinan iman Awal untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu, termasuk saat bekerja.
Diambil dan disunting dari:
Judul Buletin | : | Renungan Pagi, Edisi Juni 2012 |
Penulis | : | Ryu |
Penerbit | : | Penerbit ANDI, Yogyakarta |
Halaman | : | 24 -- 25 |
"Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian." (2 Tesalonika 3:16)