Muzjizat masih nyata
Ini adalah kejadian yang dialami adik saya pada tahun 2009. Akhir tahun 2008, saya sekeluarga (saya sendiri, ayah dan ibu saya) baru saja menerima Tuhan, istri saya sejak kecil sudah kenal Tuhan dan saat itu hanya tinggal seorang adik perempuan saya yang tinggal di Malaysia belum menerima Tuhan. Dia sudah menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan dan keinginan mereka agar bisa mendapatkan anak yang kedua.
Setelah lahir anaknya yang pertama, dia pernah hamil dua kali dan kedua-keduanya keguguran. Dan tahun 2008 dia kembali hamil dan saat itu kami sudah beberapa kali menginjili dia agar ikut menerima Tuhan mengingat dia sudah dua kali keguguran dan kami ingin agar Tuhan ikut menjaga kandungannya. Jadi kami hanya bisa terus mendoakan agar dia berhasil melahirkan anaknya yang ke-empat ini dengan selamat. Tetapi dalam hatinya sebenarnya sudah mengambil keputusan akan ikut Tuhan bila anak yang ke-empat ini masih bermasalah (ini kami ketahui dikemudian hari saat dia menceritakan kepada kami)
Akhirnya adik saya berhasil melahirkan seorang putra dengan selamat tanpa masalah apapun dan dalam kondisi yang sehat. 2 minggu setelah anaknya lahir, anaknya mulai sakit demam panas dan anaknya harus di-opname karena kondisinya yang tidak bagus. Setelah beberapa hari kemudian, dokter berhasil mendiagnosa penyebab demamnya adalah karena infeksi pada buah zakar anaknya. Menurut dokter, infeksi itu adalah karena pemakaian pampers yang tidak bersih. Tetapi adik saya yakin bukan dari pampers karena dia sendiri yang merawat anaknya. Di Malaysia sangat sulit mencari pembantu yang mau merawat bayi, jadi walau baru melahirkan, adik saya mau tak mau harus merawat sendiri anaknya yang baru lahir.
Awalnya dokter hanya menyarankan makan obat dan melakukan pembersihan pada daerah zakar nya. Tetapi luka pada zakarnya bukannya makin membaik, malah semakin mendalam dan hingga usia satu bulan, keadaan anaknya juga tidak membaik, malah mulai menjalar ke bagian paha-nya. Selama anaknya sakit, kami di Medan terus mendoakan anaknya dan bahkan adik kami langsung mengambil keputusan untuk menerima Tuhan. Via telepon, saya mengajari adik saya untuk berdoa sendiri untuk meminta pengampunan dan sekaligus menerima Yesus sebagai Tuhan. Dia tinggal di daerah Nilai, Negeri Sembilan dan kami tidak memiliki kenalan hamba Tuhan di daerah sana.
Melihat kondisi anaknya yang semakin memburuk, akhirnya dokternya mengambil keputusan harus membuang sebuah buah zakarnya melalui operasi. Adik saya sangat stres dan kami sekeluarga juga sangat bingung. Kami hanya bisa terus berdoa dan adik saya juga terus berdoa, karena tidak ada yang bisa kami lakukan lagi. Kita yakin dokter Malaysia lebih bisa dipercaya daripada dokter Indonesia dan tentunya tidak sembarangan mengambil keputusan membuang buah zakar anak yang baru berusia 1 bulan.
Dokter melakukan diagnosa terakhir dan tetap dengan kesimpulan harus melakukan operasi segera. Adik saya pasrah saja dan saat-saat menunggu masuk ke ruang operasi sangat membuat adik saya stres dan dia terus menerus berdoa. Kemudian suster membawa anaknya masuk ke ruang operasi dan beberapa saat kemudian suster keluar dan mengatakan tidak jadi operasi. Dokternya mengatakan melihat ada tanda-tanda kesembuhan pada buah zakarnya. Hanya cukup makan obat dan dibersihkan dengan obat saja.
Anaknya diopname beberapa hari lagi dan kemudian sudah diizinkan pulang dan cukup melakukan rawat jalan saja dan hingga saat saya menulis kesaksian ini, anaknya sudah bisa jalan sendiri dan tumbuh dengan sangat sehat.
Kami sekeluarga percaya mujizat Tuhan sudah terjadi dan kini adik saya tiap minggu datang beribadah ke gereja dan membawa anak-anaknya. Setelah anaknya berusia 1 tahun, dia datang ke Medan untuk dibaptis. Suami dan keluarga suaminya belum mau menerima Yesus, tetapi mereka tidak bisa melarang dia datang kepada Tuhan.
"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Ibrani 13:5