Panggilan Ilahi
Nama saya Doni Kukuh Mandiri, saya lebih akrab dipanggil Doni, tetapi di tempat- tempat tertentu saya juga dipanggil Kukuh. Saya adalah seorang pemuda berdarah Jawa, dilahirkan di Kota Banyuwangi, Jawa Timur. Saya dilahirkan pada 28 Mei 1988, 25 tahun yang lalu. Sebagai orang Jawa, sejak kecil orang tua saya selalu mengajarkan segala sesuatu tentang tradisi, norma, dan adat yang berlaku di masyarakat Jawa. Mulai dari sejarah, tata krama, bahasa, budaya, kesenian, dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu, tradisi Jawa sudah cukup kental dalam diri saya.
Berbicara tentang kepercayaan, saya sudah menjadi Kristen sejak lahir karena ibu saya adalah seorang Kristen sejak ia masih remaja. Sejak kecil, saya diasuh dalam keluarga pendeta. Kebetulan ibu saya tinggal di rumah itu ketika saya lahir karena ayah saya tidak ada. Pendeta tersebut bernama Thomas, yang menggembalakan salah satu gereja di Banyuwangi. Saya pun bertumbuh di situ dan mengikuti segala peraturan dalam keluarga itu. Sejak kecil, saya selalu mengikuti kegiatan yang diadakan oleh gereja. Dalam hati, saya merasa senang bertumbuh di tengah-tengah kehidupan gereja. Seperti anak-anak Kristen pada umumnya, ketika kecil saya begitu rajin mengikuti kegiatan sekolah minggu. Di sana, saya mendapatkan banyak sekali pengajaran tentang Alkitab, yang lebih menekankan nilai sejarah dan biografi tokoh-tokohnya. Saya mengikuti kelas sekolah minggu sejak usia 3 tahun, dan mengakhiri kelas tersebut ketika saya mulai memasuki bangku SMP karena saya mulai bertumbuh menjadi seorang remaja.
Menginjak masa remaja, saya mengikuti kelas remaja di gereja yang dikemas dalam bentuk persekutuan pemuda dan remaja. Di situ, saya diajarkan banyak hal tentang Kristus dan hukum-hukum yang diterapkan dalam kekristenan. Selama mengikuti kelas tersebut, saya merasa bahwa setiap pengajaran yang diajarkan dalam kelas remaja merupakan tantangan yang berat. Sebab, sebagai seorang remaja, apa yang saya pikirkan dan lakukan sering kali bertentangan dengan firman Tuhan. Saya sudah mendengar dan belajar banyak hal tentang firman Tuhan, namun saya belum mengerti makna sesungguhnya kehidupan sebagai orang percaya. Sering kali, saya merasa bingung dengan diri saya sendiri, mengapa sebagai orang Kristen saya belum memahami betul tentang arti kehidupan Kristen yang sesungguhnya. Padahal, saya hidup di tengah-tengah keluarga pendeta yang notabene begitu dekat dengan Tuhan. Bayangkan, sejak saya masih duduk di bangku SD, orang tua saya sudah mendisiplin saya dengan doa pagi dan doa malam, yaitu sebelum saya berangkat sekolah dan sebelum tidur. Saya pun melakukan disiplin rohani itu dengan tekun. Bukan hanya itu, segala bentuk kegiatan yang diadakan gereja, saya tidak pernah absen. Namun, iman dan kerohanian saya belum juga bertumbuh sepenuhnya. Bagi saya, hal ini cukup berat dan menimbulkan jutaan pertanyaan dalam hati. Akhirnya, saya mulai putus asa dan mulai berpikir bahwa semua aktivitas rohani yang saya lakukan selama itu adalah sia-sia.
Ketika saya menyadari bahwa kehidupan rohani saya mulai berantakan, saya mulai bergumul dan merenungkan banyak hal tentang kehidupan dan kehendak Tuhan. Saya mulai bertanya-tanya kepada Tuhan dan diri saya sendiri tentang apakah tujuan saya diciptakan? Sebab, Tuhan pasti menciptakan saya dengan suatu alasan tertentu, suatu alasan yang masih menjadi misteri. Pergumulan itu berlangsung selama dua tahun, tepatnya ketika saya duduk di bangku kelas satu sampai kelas dua SMU. Sampai suatu hari, Tuhan menjawab semua pertanyaan yang pernah saya ajukan kepada-Nya. Saya diciptakan untuk melayani Dia, itulah jawaban yang diberikan Tuhan kepada saya.
Awalnya, saya tidak percaya dengan jawaban itu, sebab hal itu sedikit pun tidak pernah terlintas dalam pikiran saya. Namun, dengan cara-Nya, Tuhan seperti "memaksa" saya keluar dari pola pikir saya untuk mendorong saya memikirkan hal yang Ia kehendaki supaya saya memercayai panggilan-Nya. Cara Tuhan betul-betul unik. Setiap hari, kapan pun dan di mana pun, Tuhan seperti "mengganggu" hati dan pikiran saya. Bagi saya, ini adalah suatu "konfirmasi" yang sama sekali tidak dapat saya definisikan dengan apa pun. Anehnya, meskipun Tuhan telah memakai cara tersebut untuk menyampaikan maksud-Nya, saya masih ragu apakah itu benar-benar suara dari Tuhan atau sekadar gangguan psikologis yang saya alami. Hingga suatu ketika, Tuhan benar-benar meneguhkan panggilan itu melalui firman- Nya yang berkata, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk," yang tertulis dalam Matius 16:15. Seketika itu juga, hati saya terbuka dan mulai yakin bahwa Tuhan memang sungguh-sungguh memanggil saya untuk menjadi pelayan-Nya. Dan, saat itu juga, saya mulai berkomitmen untuk melayani Tuhan seumur hidup saya.
Singkat cerita, ketika saya lulus dari SMU (2006), saya langsung memutuskan untuk masuk sekolah Alkitab, tepatnya di Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup di Kota Surakarta. Selama di sana, saya belajar banyak hal tentang teologi dan pelayanan, mulai dari teologi yang paling mendasar hingga yang berat, dari pelayanan pastoral hingga pelayanan untuk sekolah. Secara pribadi, saya sangat senang dengan panggilan itu. Menurut saya, itu adalah panggilan yang mulia. Awalnya, ayah dan kakak laki-laki saya meminta saya untuk sekolah kepolisian, dan bagi saya itu adalah profesi yang mulia, namun saya menolaknya. Ibu saya juga sempat menawari saya untuk mengambil pendidikan guru Matematika dengan mengiming-imingi saya dengan beberapa hal, namun saya juga menolak. Bahkan, kakak perempuan saya juga meminta saya untuk sekolah arsitek dengan alasan saya seorang yang mahir menggambar, tetapi saya juga menolaknya. Saya tidak mengerti mengapa semua itu bisa terjadi sebab bisa saja saya tergiur dengan kesuksesan, yang mungkin bisa saya raih ketika saya menjadi polisi atau arsitek. Akan tetapi, saya percaya bahwa Tuhan Yesuslah yang memulai panggilan saya, bukan saya yang memulainya. Oleh sebab itu, Tuhan jugalah yang akan meneguhkan panggilan saya. Kini, doa saya hanyalah ingin menjadi seorang pelayan yang berkenan di hadapan Tuhan dan selalu berjalan sesuai dengan kebenaran-Nya, serta hidup sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya.
"Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya."(1 Tesalonika 5:24)
[Sumber kesaksian: Doni]